Friday, November 9, 2007

Kepahlawanan

Masih adakah pahlawan di negeri kita hari ini? Masihkah ada pahlawan di tengah kebangsaan yang disebut Ben Anderson sebagai "komunitas terbayang" ini? Sejauh mana mental, perilaku, sikap dan keteladanan para pahlawan yang tidak pernah lupa kita peringati itu bisa aktual dan mengejawantah dalam kehidupan kita sehari-hari ?. Cukupkah menghormati mereka hanya dengan menundukkan kepala untuk mendoakannya? Cukupkah hanya dengan mengheningkan cipta?. Mungkin cukup, tetapi arti mengheningkan cipta bukan bagaimana kepala tertunduk belaka tanpa mengaktualkan sikap dan laku hidup.

Sebuah bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati pahlawannya. Kita percaya itu, namun makna ungkapan ini bagi kita sering terlalu datar dan sering diartikan bahwa penghormatan adalah rutinitas formal saja. Apa yang telah dilakukan oleh Bung Tomo tidak hanya membela Surabaya, tapi juga kehormatan bangsa. Untuk menegakkan harkat dan martabat kebangsaan dikorbankanlah seluruh jiwa raga, walau hanya dengan kekuatan bambu runcing. Pengorbanan nyawa adalah hal kecil jika dibandingkan pelecehan harga diri bangsa.

Ironisnya, saat ini harga diri dan martabat kebangsaan sering tergadaikan oleh kepentingan pragmatis individual. Sudah jarang laku kepahlawanan dan heroisme yang termanifestasikan untuk membela kebangsaan. Kebangsaan bermartabat yang diperoleh dengan pengorbanan luar biasa itu kini mulai digerogoti oleh sikap dan perilaku yang sering bertentangan.

Saat ini kepahlawan bukan harus diteladani dengan persepsi medan pertempuran yang berdarah-darah. Heroisme itu seharusnya mendarahdaging dalam berbagai semangat untuk membela yang tertindas dan menegakkan harga diri di mata bangsa-bangsa lain.

Pelajaran pertama bagi generasi kini ialah lunturnya semangat itu di era yang serba pragmatis dan materialistis ini. Sebagian dari kita rela menjual harga diri hanya demi sesuap nasi. Jangankan mengorbankan nyawa untuk bangsa, bahkan kalau perlu uang rakyat dihabiskan demi kepentingannya sendiri. Ini pengkhianatan terhadap semangat revolusioner yang telah diperankan oleh arek-arek Suroboyo yang telah gugur membela harga diri bangsa. Mereka rela berkorban harta benda dan nyawa untuk membela harga diri. Kini, justru harga diri itu kita jual untuk mempertahankan nyawa.

Kontradiksi-kontradiksi inilah yang kerap menjadikan pembelajaran atas sikap heroisme dan patriotisme tidak memiliki artinya.

Heroisme sejarah yang membekas di hati sanubari rakyat setiap 10 November mungkin saja tak akan lapuk ditelan zaman, tapi arti penting dari semangat kepahlawanan itulah yang setiap saat akan lekang dikikis sikap yang cenderung melupakan sejarah. Apalah artinya bangsa yang melupakan sejarah?. Apa artinya bangsa yang tidak mampu mengontekstualisasikan laku kepahlawanannya?.

Begitu banyak yang lahir di negeri kita justru pahlawan yang bangun kesiangan, berteriak-teriak ketika nasi sudah menjadi bubur. Semua diorientasikan untuk kepentingan diri sendiri dan kelompoknya. Berpikir jauh ke depan untuk masyarakat bangsa secara luas sudah ditinggalkan.

Semangat ini tercermin dalam cara dan sikap partai-partai yang memelihara dan mengembangkan konflik demi kepentingan dirinya sendiri. Jarang kita lihat semangat heroisme mereka untuk membela bangsa ini dari berbagai masalah. Tingkah laku elite kita justru lebih sering menambah penderitaan wong cilik. Penggusuran-penggusuran di lakukan atas bangsa yang merdeka. Tanggung jawab untuk melindungi dan menyejahterakan sudah musnah ditelan nafsu serakah dan angkara murka.

Roh para pahlawan tidak minta dihormati dengan simbol-simbol tanpa makna, keharuan dan tangis tanpa teladan. Mereka akan lebih tenang jika generasi kini memiliki sikap jujur, adil, tidak korup dan sungguh-sungguh menjaga kewibawaan bangsa.

Merefleksikan nilai kepahlawanan 10 November ini kita diajak untuk merenungkan kembali berbagai kegagalan pemerintah membawa rakyatnya sejahtera. Para pahlawan ingin negara ini mempersembahkan yang terbaik untuk rakyatnya. Bukan sebaliknya, menghisap keringat rakyat untuk kepentingan segelintir elit politik dan pemerintahan.

...Selengkapnya...