Sunday, May 21, 2006

Pemaknaan Baru Kebangkitan Nasional

Pengertian nasionalisme rentan terhadap manipulasi. Karenanya, harus dilihat siapa yang menggunakannya dan untuk kepentingan apa . Terlebih lagi dengan melekatkan kata "baru" di belakangnya.

Apa sebenarnya makna nasionalisme buat kita ?. Nasionalisme ialah persatuan secara kelompok dari suatu bangsa yang mempunyai sejarah yang sama, bahasa yang sama dan pengalaman bersama. Tetapi definisi seperti itu jarang terjadi. Yang biasa terjadi adalah pemakaian secara spesifik tentang pengertian nasionalisme itu. Untuk menghindari manipulasi terhadapnya, harus dilihat kasus perkasus.

Dalam konteks Indonesia kini, nasionalisme sering dikaitkan dengan semangat pembelaan terhadap negara kesatuan. Seakan-akan nasionalisme ilah negara kesatuan itu sendiri. Jargon NKRI merupakan alasan ampuh untuk pembenaran meredam kerusuhan di berbagai daerah. Menarik untuk dicermati reaksi-reaksi yang bermuatan nasionalis ini, misalnya pada waktu sebelumnya. Kasus perebutan wilayah Ambalat antara Malaysia dan Indonesia yang diikuti dengan pendaftaran ribuan relawan untuk mengamankan wilayah itu, atau pemaksaan oleh sejumlah orang terhadap aktivis Kontras untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya yang berakhir dengan kekerasan, ketika aktivis itu tidak hafal dan dianggap "anasionalis". Atau reaksi keras terhadap "lepasnya" Timor Timur dari Indonesia hingga penolakan terhadap amandemen UUD 1945.

Ilustrasi itu sekedar gambaran tentang artikulasi sentimen nasionalisme Indonesia yang belakangan ini menguat. Bangkitnya sentimen nasionalisme semacam itu tentu saja mengingatkan kita atas sikap dan praktik Orde Baru yang kerap melontarkan jargon "demi persatuan dan kesatuan". Nasionalisme sering diartikan sebagai sikap dan tingkah individu atau masyarakat yang menunjuk loyalitas dan pengabdian kepada bangsa dan negaranya. Padahal, secara empiris, nasionalime tidak sesederhana definisi itu. Dia tidak seperti bangunan statis, tapi selalu dialektis dan interpretatif.

Nasionalisme bukan pembawaan manusia sejak lahir, ia adalah hasil peradaban manusia dalam menjawab tantangan hidup. Dalam sejarah Indonesia misalnya, nasionalisme telah beberapa kali mengalami penafsiran ulang sesuai perkembangan basis materialnya. Sejarah pergerakkannya terlalu riuh rendah dengan berbagai peristiwa yang melatarinya. Bahkan hari kebangkitan nasional yang setiap tahun kita peringati itu, faktanya justru bermula dari primodialisme Jawa yang didirikan pada 20 Mei1908.

Kita memang harus bisa membedakan antara sejarah dan mitos. Sejarah menyangkut fakta, sedangkan mitos berhubungan dengan pemberian makna suatu fakta dalam upaya memberikan ketenangan atau jawaban kepada masyarakat.

Setelah Proklamasi 17 Agustus 1945, bangsa yang baru merdeka ini harus berjuang mencegah kembalinya penjajah Belanda. Saat itu, pemimpin bangsa berusaha mengobarkan semangat persatuan dengan mengenang kembali berdirinya " Budi Utomo " dengan istilah " Kebangkitan Nasional ". Untuk masa perang kemerdekaan, memang diperlukan penciptaan mitos ini. Meski faktanya Budi Utomo itu hanya menyangkut orang Jawa-- terutama nasionalisme Jawa--dikatakanlah bahwa seolah semangat Budi Utomo itu merupakan semangat nasional. Jelas bahwa Kebangkitan Nasional semacam ini adalah mitos untuk memberi semangat kepada rakyat, sesuai jiwa zeitgeist (jiwa zaman).

Sekarang zaman sudah berubah. Tantangan yang dihadapi bangsa ini juga sudah berbeda. Sudah seharusnya kita perlu pemaknaan kembali tentang peristiwa 20 Mei 1908 itu, setelah kita menyadari perbedaan mitos dan fakta dari penelitian para sejarawan.

Secara umum, kita mengutamakan kepentingan bangsa di atas segalanya. Dalam definisi itu, apapun bisa masuk. Kalau argumen negara kesatuan penting untuk mengembangkan bangsa, tetapi kalau ada yang mengatakan negara federal akan lebih baik bagi peningkatan kesejahteraan kita sebagai bangsa, itu juga nasionalisme. Prioritasnya ada pada kegunaan untuk mencapai tujuan, dengan berbagai cara.

Kita perlu kebangkitan nasional baru dengan situasi nasional terkini, bukan dengan menciptakan mitos baru. Upaya revolusioner memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme yang menghancurkan ekonomi negara ini, membangkitkan kembali kecintaan kepada Tanah Air dengan tidak mengobral aset-aset negara kepada pihak asing, menghargai kearifan lokal dengan keleluasaan otonom yang diberikan, adalah kebangkitan nasional baru.

Bagi para pemimpin negara ini, ia harus bersama rakyat dan berjuang untuk rakyat. Ia harus mampu merebut kesempatan dengan membuat keputusan cepat pada saat kritis, meneriakkan perlunya menyinergikan nation and character building untuk kebangkitan nasional baru. Jika tidak, kita memang masih berhenti pada tahap terpesona dengan ritual dan mitos sejarah.