Tuesday, December 25, 2007

Mawar Natal

Kasih sayang membuat bumi berputar, Love Makes The World Go Around. Love bisa diartikan kasih sayang "antarmanusia". Seandainya bumi tidak mengenal konflik, permusuhan dan kekerasan tapi hanya mengenal kasih sayang, saling pengertian dan tolong menolong, alangkah bahagianya manusia di bumi. Bagi kita umumnya, Mawar Natal bisa ditafsirkan sebagai simbol harapan itu. Memang baru berupa harapan, karena kita masih akan menghadapi tahun baru yang penuh ketimpangan dan ketidakserasian, baik hal antarnegara atau bangsa maupun antarwarga kita sebagai suatu bangsa. Makin menipisnya sumber bumi dan berjubelnya penduduk dunia menyebabkan orang menjadi ribut berebut demi kepentingan masing-masing.

Toh, kita harus bersyukur. Paling tidak, ada niat membangun kerukunan dalam masyarakat kita. Simbol ini indah dan menyejukkan. Bahwa ada berita penyimpangan, anggap saja itu dilakukan oleh sekelompok kecil orang yang tidak mengerti. Maafkan mereka yang tidak mengerti.

Ada ungkapan syair,
Another X-mas, another year
another crisis in the gulf...
Yet another chance
If not to change the world
to love it more...
Life is a gift


Bagaimana kita menafsirkan maknanya, kita masing-masing bebas menerjemahkannya. Saya menafsirkannya sebagai kesadaran akan kelemahan manusia bahwa dia tidak bisa mengerti makna kebesaran hidup, karena itu manusia akan berulang membuat kesalahan yang sama. Tetapi setiap datang tahap baru kehidupan, paling tidak ada niat untuk memperbaikinya, karena manusia mencintai hidup yang memang merupakan karunia dari Tuhan.

Tentu kita berharap hidup di tahun baru tidak hanya membawa impian kosong yang membangkitkan keputusasaan dan amarah, yang membangkitkan sikap saling curiga dan saling menyalahkan. Artinya, yang terjadi sering tidak sama seperti yang diharapkan. Pada saat kepandaian, kemampuan dan kebijaksanaan sudah dapat dimanfaatkan untuk menyusun strategi demi kehidupan yang kebih baik, kita sering mengabaikan kesempatan itu. Inilah tragedi yang seringkali datang berulang.

Pada tahun-tahun yang akan datang, kemungkinan besar masih akan kita saksikan retorika tuduh menuduh bombastis antara negara-negara kaya dan yang miskin, maupun antara masyarakat kaya dan miskin di suatu negara. Kemiskinan bisa memperkeruh sentimen antaragama.

Kemunafikan pun sebenarnya menghalangi terbangunnya kehidupan yang lebih baik. Di negara-negara berkembang sendiri terdapat kepincangan antara rakyat banyak -- yang mewarisi kemelaratan dari generasi ke generasi -- dengan kelompok kecil elite yang penghidupannya lebih baik dan dianggap memegang kendali di bidang pemerintahan, swasta atau bahkan di bidang sosial dan agama. Kelompok kecil ini dianggap tidak merasa untuk bergegas mengadakan perubahan radikal demi kesejahteraan bersama, walaupun mungkin cukup galak meneriakkan tuntutan kepada negara-negara kaya.

Mungkin memang perlu diadakan tata ekonomi dan sosial baru yang lebih memberi kesempatan kepada yang miskin di sebuah negara, lewat kepedulian maupun pemerataan penghasilan dan kekayaan negara. Di Indonesia, ini berarti lebih mengonsentrasikan usaha dan sumber-sumber pada bidang pertanian dan pembangunan pedesaan, meningkatkan industri kecil yang memberikan penghasilan memadai untuk rakyat kecil dan landreform yang kebijakannya sebenarnya sudah dicanangkan oleh pemerintah.

Mawar Natal adalah simbol harapan untuk kebersamaan, ungkapan simpati dan juga ajakan. Yang pasti, ia berusaha menyuarakan sesuatu yang positif untuk kesejahteraan batin semua pihak. Ini dibutuhkan untuk awal menggerakkan rasa kesetiakawanan antarwarga. Sebuah langkah kecil menuju persahabatan dan kerjasama demi kemaslahatan bersama. Semoga.