L u S t r u M: 1 Syawal 1428 H

Ibunda berpesan, "Anak perempuanku sayang, manusia Hawa diciptakan dari rusuk manusia Adam. Bukan dari kepalanya untuk menjadi atasannya. Bukan pula dari kakinya untuk dijadikan alasnya, melainkan dari sisinya untuk menjadi teman hidupnya. Dekat dengan lengannya untuk dilindungi dan dekat dengan hatinya untuk dicintai. Dengan dua hati satu denyutan, dua jantung satu debaran, itulah Cinta yang merupakan dasar diciptakan manusia oleh Allah subhanahuwata'ala. Untuk kesemuanya ini tetaplah kau berserah diri serta bertakwa kepada Allah, menjalankan perintahNya dan meninggalkan laranganNya, agar kita menjadi ummat yang diridhoiNya. Didiklah anakmu menjadi pintar, namun jangan kau lupakan satu hal, yaitu ilmu agama, karena itulah yang terpenting untuk kita hidup di dunia ini. Sehingga, jika kelak anakmu telah menjadi orang yang pintar, jadilah ia seorang pintar yang sholeh"

Belakangan ini saya sering mendapat gangguan mata.
Apa dan siapa yang saya lihat sering tampak bergoyang.
Bahkan mata saya kadang salah sangka.
Saat bercermin, misalnya,
saya merasa bahwa tuan yang mengagumi saya
adalah kenalan lama saya.
Ternyata ia lupa dan mengajak kenalan ulang.
Selain salah lihat, mata saya sering dianggap salah baca.
Saya baca buku, buku bilang salah.
Baca lagi, salah lagi.
Tak terkecuali buku-buku yang saya tulis sendiri.
Malam ini sakit mata saya makin akut:
nyeri, pusing, berdenyut-denyut.
Maka datanglah seorang dokter mata, menyapa saya
"Selamat malam, Plato".
Tanpa banyak bicara ia periksa mata saya.
"Dokter, apakah saya harus pakai kacamata yang lebih tebal lagi?",
saya bertanya.
Dokter itu berkata,"Tidak perlu, hanya perlu dicungkil."
Dicungkil?.
Ah!, saya tidak dapat membayangkan
mata saya harus diganti dengan mata buatan
atau bekas mata orang lain.
Lantas dokter itu meminta saya berdoa dan tidur tenang,
sementara ia akan menggarap mata saya.
Subuh hari saya terbangun.
Dokter mata sudah pergi.
Aneh, semua terasa nyaman dan normal kembali.
Saya segera mendatangi cermin langganan saya,
dan terkejut
karena tiba-tiba bertemu dengan dokter mata itu.
"Dokter, apakah Anda telah mengganti mata saya?".
Dokter menjawab tidak.
"Aku hanya membersihkan dan merendam matamu
dalam airmataku,
kemudian mengembalikannya seperti semula.
Apakah kau pangling dengan matamu?".
Saya tidak tahu harus menjawab apa selain berterimakasih.
"Terima kasih, dokter"...
Dan dokter mataku tampak ingin menangis,
tapi ia tidak ingin aku melihat airmatanya...

L u S t r u M

Saturday, October 13, 2007

1 Syawal 1428 H

Blog Archive